Rabu, 10 September 2008

The Fifth Discipline


Ada 7 penyakit organisasi yang menyebabkan organisasi tidak berjalan dengan semestinya bahkan mati sebelum berkembang. Ketujuh penyakit itu adalah :

1.Saya adalah posisiku,(I am my position) semua boleh berubah asal posisiku tidak boleh terancam, organisasi dimana pemimpinnya hanya memikirkan bagaimana melanggengkan posisinya.
2.Orang lain adalah kambing hitam dari masalah,(the enemy is out there) bukan saya, jika terjadi masalah selalu mencari kambing hitam. Telunjuk selalu mengarah kesana dan bukan kepada dirinya.
3.Kecenderungan mengambil tanggung jawab pemecahan masalah, tetapi yang bersifat re-aktif dan bukan pro-aktif
4.Kecenderungan bereaksi terhadap peristiwa dan bukan penyebab peristiwa. Tidak pernah melakukan analisis terhadap akar masalah
5.Kecenderungan menyesuaikan diri terhadap perubahan kecil-kecilan , yang akhirnya terakumulasi menjadi ancaman terhadap eksistensi diri, ketika diri menjadi lumpuh
6.Belajar dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman sendiri dan bukan yang terkena dampak keputusan. Orang yang terkena dampak tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
7.Kecenderungan pemecahan masalah melalui Tim Manajemen yang dibentuk , menghindari pemecahan masalah yang tidak menyenangkan pihak yang terlibat dalam tim tersebut. Orang yang tidak sepaham/tidak mendukung cenderung disingkirkan dari tim

5 OBAT
Ketujuh penyakit tersebut dapat diobati dengan 5 obat yang oleh Peter Senge kelima obat tersebut dikenal luas dengan "the fifth disciplin" yaitu :

1.Personal Mastery
-Tahu dan mampu mencapai yang bermakna dalam hidup
-Terus menerus membandingkan yang hendak dicapai dengan kenyataan yang dihadapi, lalu dengan kemauan bebas bertindak untuk mengatasi kesenjangan yang ada menuju kemandirian yang lebih tinggi

2.Mental Models
-Setiap orang mempunyai cara pandang terhadap kenyataan yang dihadapi
-Untuk dapat belajar, kemajemukan itu tidak boleh dipandang sebagai hambatan melainkan peluang untuk saling memperkaya dan meningkatkan kemampuan organisasi

3.Share Vision
-Visi : adalah gambaran tentang posisi masa depan yang ingin dicapai
-Gambaran tersebut merupakan elemen :
a.Memberikan makna pada tindakan sekarang
b.Menyatukan arah dan tindakan anggota
c.Meredam konflik
d.Digunakan untuk mengevaluasi kemajuan organisasi

4.Team Learning
-Memadukan dan mengembangkan kemampuan kelompok untuk mencapai hasil yang betul-betul bermakna dalam hidup ini
-Melalui dialog dan diskusi terbuka untuk saling menerima secara tulus

5.System Thinking
-Cara berpikir dan bertindak yang memadukan dengan disiplin yang pertama dan 11 hukum berfikir sistim
-Sebuah sistim lebih besar ketimbang penjumlahan bagian-bagianyang membentuknya
-Nilai : gambaran abstrak dalm benak kita yang menjadi acuan bertindak

11 HUKUM SYSTEM THINKING

1.Masalah hari ini akibat keberhasilan memecahkan masalah kemarin
2.Kian kuat anda mendorong, kian kuat sistim melawan dorongan anda
3.Perilaku menjadi lebih baik sebelum akhirnya menjadi lebih buruk
4.Memecahkan masalah dengan cara gampang akan menghasilkan bumerang
5.Obat dapat berbahaya dari pada penyakit yang diobati
6.Mau lebih cepat dapat menjadi lebih lambat
7.Sebab dan akibat tidak berhubungan secara gamblang menurut waktu dan tempat
8.Perubahan yang kecil dapat menghasilkan hasil yang besar dengan daya ungkit yang besar, namun kurang disadari di daerah
9.Anda dapat sekaligus memiliki dan memakan kue anda tetapi tidak pada saat yang sama
10.Membelah satu ekor gajah menjadi 2 bagian tidak akan menghasilkan 2 ekor gajah kecil
11.Tidak ada pihak yang dijadikan kambing hitam.

3 LANGKAH PENERAPAN

1.Adanya pemimpin yang memutuskan untuk menerapkan L O
2.Pembentukan kelompoik kajian penerapan LO (adalah jantung LO)
3.Terapkan LO, dimana terjadi proses learning dan unlearning yang tulus diantara para pembelajar di dalam kelompok.

(SLLO : catatan kuliahku)

Minggu, 07 September 2008

Monyet tolong Ikan

Konon, pada suatu hari di negeri Antahberantah, ada seekor monyet yang bercengkerama dengan teman-temannya, beberapa ekor ikan. Sang monyet berada di sebuah pohon, sedangkan teman-temanya berada di dalam sungai, tepat di bawah pohon di mana sang monyet berada. Karena berada di tempat yang tinggi, sang monyet dapat melihat datangnya banjir di kejauhan. Ia segera mengingatkan kawan-kawannya tentang bahaya yang sedang mendekat. Tidak hanya mengingatkan. Ia juga dengan sigap terjun ke dalam sungai, menangkap teman-temannya dan membawanya ke tempat yang aman dan kering di atas pohon. Maksud dan tindakan yang “baik” ini berakhir dengan matinya ikan-ikan tersebut, yang menimbulkan kesedihan dan penyesalan pada sang monyet.
Pesan: Maksud baik menolong orang lain belum cukup, jika pihak yang menolong tidak bertanya dan tidak tahu tentang kebutuhan pihak yang hendak ditolong. (dari : Kumpul Kecil, WIM POLI)