Sabtu, 08 Juni 2013

Kohor Ijab Kabul dan Fenomena Kematian Ibu di Bone Bolango

Sebelum tahun 2005 jumlah Ibu sangat tinggi di Kabupaten Bone Bolango sangat tinggi yaitu mencapai 26 kematian setiap tahunnya, penyebabnya adalah komplikasi kehamilan dan persalinan. Hal ini ditambah dengan minimnya infrastruktur baik sarana prasarana, SDM peralatan kesehatan disisi supply dan ketidakmampuan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan. Oleh karena itu dinas Kesehatan melakukan strategi pembangunan kesehatan dengan memfokuskan pada strategi perluasan akses pelayanan kesehatan. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah : 1. Menambah sarana puskesmas , poskesdes, dan sarana transportasi rujukan berupa mobil puskesmas keliling diseluruh kecamatan pemekaran, hingga mencapai 20 Puskesmas, 87 Poskesdes dan 19 Puskesmas Keliling 2. Penempatkan bidan didesa di seluruh desa, hingga skarang sudah seluruh desa mempunyai bidan desa 3. Menyiapkan dana jaminan kesehatan daerah kepada masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan. Dengan tiga strategi tersebut kematian ibu di Bone Bolango mengalami penurunan yang cukup signifikans, dimana tahun 2006 hanya terjadi 3 Kematin ibu, tahun 2007 6 kematian, 2008 terjadi 9 kematian, tahun 2010 4 kematian, tahun 2011 3 kematian, kematian di tahun 2009 naik lagi menjadi 9 kematian ibu. Kematian ibu sesuai SPM di hitung per 100.000 kelahiran. Di Bone Bolango jumlah kelahiran ibu rata setiap tahun mencapai 3000 kelahiran hidup. Sehingga tahun 2011 angka kematian Ibu di Bone Bolango hanya 100/100.000 Kelahiran hidup, jauh dari angka kematian ibu nasional (bandingkan dengan angka nasional yang masih 228 per 100.000 KH). Tahun 2012 dengan 9 kematian per 300 KH berarti angka kematian mencapai 300/100.000 KH. Bandingkan dengan tahun 2005 yang mencapai 26 kematian atau 866/100.000 Kelahiran Hidup. Dari aspek ini maka kematian Ibu di Bone Bolango sudah bias dikendalikan. Ada hal yang menarik dari kematian ibu di 3 tahun terakhir ini, yaitu kematian tidak lagi terjadi di desa tetapi berpindah ke rumah sakit. Artinya kesiap siagaan bidan dan transportasi di desa siaga sudah menampakkan hasil. Disamping kemampuan masyarakat untuk mengakses pelayanan rujukan. Hal ini karena hambatan biaya sudah tidak masalah lagi. Universal Health Coverage melalui program Jaminan Kesehatan Daerah telah menjamin seluruh masyarakat untuk pembiayaan kesehatannya jika sakit. Melalui program ini masyarakat yang sakit akan dibiayai oleh pemerintah, mulai dari puskesmas dan jaringannya hingga pelayanan rujukan di rumah sakit, bahkan hingga rumah sakit di Makassar dan Manado. Sementara tahun 2009 dari 9 kematian ibu, hanya 3 yang meninggal karena penyebab langsung persalinan yaitu perdarahan post partum dan eklampsia, antaranya 2 ibu meninggal di pinogu (suatu kecamatann yang hanya bias ditempuh dengan berjalan kaki (hingga 12 jam). Untuk kasus kematian ibu di Pinogu sebetulnya sudah diupayakan upaya rujukan tetapi kendala geografis yang begitu jauh tanpa sarana tranportasi. Sementara itu 6 kematian ibu disebabkan penyakit penyerta yang diperberat oleh kehamilannya, yaitu, penyakit Gula, hipertensi, penyakit tiroid, asma bronkhiale, TBC dan Malaria. Adanya penyakit penyerta yang diperberat oleh kehamilan dan persalinan mengilhami dinas kesehatan untuk menarik kebelakang pelaksanaan kohor ibu. Upaya yang akan dilakukan 2013 adalah melakukan pengamatan terhadap perkembangan ibu yang biasanya dimulai sejak terdeteksinya kehamilan, akan dimulai sejak terjadinya ijab kabul. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi apakah ibu tersebut menderita penyakit yang akan diperberat oleh kehamilan apabila dia hamik nanti. Sehingga para bidan akan memotivasi dan menemani ibu tersebut untuk berobat ke dokter untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Dengan demikian saat memasuki kehamilan penyakit yang dideritanya sudah sembuh dan ibu mengalami kehamilan dan persalinan dengan kondisi yang sehat. Walaupun variabel yang menentukan kematian ibu di Bone Bolango cukup banyak, beberapa telah bisa diatasi, tetapi masih banyak variable penentu, misalnya perilaku masyarakat, hambatan geografis dan keterbasan lainnya. Namun hal ini akan diatasi secara bertahap tentu saja dengan melibatkan tidak hanya sector kesehatan tetapi semua stakeholder yang ada. (RUSLI)