Selasa, 07 Oktober 2008

Apotik Di Seputar Rumah Sakit (Fenomena Klasik)


Para ahli perumahsakitan mengatakan bahwa jika anda ingin melihat satu rumah sakit merugi atau untung, tidak usah repot-repot memeriksa pembukuannya. “ Lalu gimana caranya ?“, ya … gampang, lihat saja apa disekeliling rumah sakit tersebut banyak berdiri apotik swasta atau tidak. Jika banyak berarti banyak resep yang diresepkan oleh dokter di rumah sakit tersebut dibeli di apotik luar rumah sakit, pasien tidak membeli obat di apotik milik rumah sakit. Cross check saja dengan apotik rumah sakit tersebut, pasti ra-rak obatnya kosong melompong, kalau toh ada, isinya paling dos-dos obat yang berjejer, atau mungkin isinya hanya obat generic untuk pasien askes, jamkesmas, jamsostek".

Rumah sakit adalah industri jasa yang padat tehnologi, oleh karena dalam pengelolaannya rumah sakit sangat tergantung pada kebutuhan akan obat, bahan dan peralatan medis yang semakin canggih dan mahal serta mengikuti mekanisme pasar yang sangat kompetitif . Peluang ini tentu saja ditangkap oleh pelaku bisnis apotik swasta untuk bisa mendapatkan keuntungan dengan membangun apotik, kalau perlu di depan, samping atau belakang rumah sakit.

Fenomena ini menyolok di hampir semua rumah sakit baik rumah sakit swasta dan terutama rumah sakit milik pemerintah. Contoh saja ada rumah sakit yang dikelilingi 4 sampai 5 buah apotik swasta, dan yang ironis lagi memiliknya rata-rata adalah para pelaku kesehatan yang mungkin saja bekerja di rumah sakit tersebut. Hal ini memunculkan perilaku “supply induce demand” (peresepan diberikan sesuai obat yang tersedia di apotik tertentu saja), dan bukan sesuai formularium rumah sakit, obat yang tersedia di rumah sakit atau mungkin indikasi dan kemampuan pasien. Yang penting obat laku saja. Jika ini terjadi kasihan mereka yang ekonominya lemah.

Obat memang merupakan kebutuhan utama dalam pelayanan pasien di rumah sakit. Tanpa obat rumah sakit ibarat tentara dengan senjata tapi tanpa peluru. Itulah sebabnya obat merupakan komponen pelayanan yang sangat dibutuhkan, bahkan kurang lebih 60 persen keuntungan rumah sakit diperoleh dari obat-obatan dan bahan habis pakai, sisanya adalah dari jasa sarana. Lalu kalau resep rumah sakit dibeli di luar apotik rumah sakit ? Yah akibatnya pendapatan rumah sakit akan sangat menurun, dan tidak mampu mengejar cost recovery yang ideal.

Diakui memang rumah sakit tidak mampu menyediakan seluruh kebutuhan obat dan bahan habis hal apalagi dalam waktu cepat (untuk mengejar respon time pelayanan yang prima). Ini akibat kurangnya biaya operasional yang diberikan oleh pemerintah/pemilik rumah sakit, atau oleh karena berbagai peraturan dibidang keuangan yang membuat alur pengelolaan keuangan rumah sakit menjadi panjang, misalnya harus disetor dulu dalam 24 jam dan kalau membutuhkan harus mengikuti prosedur yang ditetapkan dan terkadang panjang. Hal ini menjadi dasar bahwa memang apotik swasta sangat dibutuhkan. Akan tetapi hal ini bukan menjadi alasan untuk kita tidak memajukan apotik rumah sakit.
Lalu apa solusinya agar pengelolaan obat di rumah sakit menjadi maksimal ?
Dari pihak pemerintah/pemilik perlu melakukan pengaturan dan penataan pembangunan apotik swasta dilingkungan rumah sakit agar tidak terkesan semrawut dan seolah-olah hanya pasien rumah sakit yang menjadi sumber pendapatan. Melakukan perubahan bentuk rumah sakit (misalnya dengan penerapan Badan Layanan Umum).
Dari pihak internal rumah sakit perlu dilakukan :
1.Penggunaan obat generik
2.Penggunaan obat yang rasional, hindari polifarmasi terhadap pasien
3.Penyusunan pedoman diagnosis dam terapi
4.Menjamin etika profesi dilaksanakan di rumah sakit
5.Menyusun dan mentaati formularium rumah sakit
6.Penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

"Sekedar sharing aja"

Tidak ada komentar: